BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses Penelitian merupakan proses yang
panjang, berawal pada minat untuk mengetahui fenomena atau kejadian tertentu
kemudian berkembang menjadi sebuah gagasan, teori, konseptualisasi, pemilihan
metode penelitian yang sesuai, dan seterusnya. Hal penting bagi seorang
peneliti adalah adanya minat untuk mengetahui masalah sosial atau fenomena
sosial tertentu. Minat tersebut adapat timbul dan berkembang karena
rangasangan, bacaaan, diskusi, seminar, pengamatan, atau campuran semuanya itu.
Dalam penyusunan karya ilmiah diperlukan
adanya sebuah proses penelitian yang dimana mengaharuskan seorang Penulis
membuat Hipotesis Penelitian yang dimana menurut Sugiyono
(2014: 99),
Merupakan sebuah jawaban sementara terhadap sebuah rumusan masalah penelitian, dimana
sebuah rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk sebuah
pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban
yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada
fakta-fakta empiris yang di peroleh melalui pengumpulan data.
Sebelum menyusun sebuah hipotesis,
Penulis harus mengidentifikasi sebuah variabel yang penting dalam sebuah
situasi dan menetapkan hubungan antarvariabel melalui pemikiran logis dalam
kerangka teoretis. Disini kita berada dalam posisi untuk menguji apakah
hubungan yang diteorikan benar-benar terbukti kebenarannya. Dengan menguji
hubungan tersebut secara ilmiah melalui analisis statistik secara tepat.
B.
Tujuan dan
manfaat proses penelitian
1. Tujuan
Proses Penelitian, sebagai berikut:
a)
Menentukan variabel dan jenis-jenisnya.
b)
Menentukan hubungan antara variabel
c)
Menyusun kerangka teoritis
d)
Menentukan hubungan antara kerangka teoritis dengan hipotesis
e)
Membuat hipotesis
2. Manfaat
Proses Penelitian, sebagai berikut:
a)
Memudahkan Penulis melakukan proses penelitian
b)
Agar Penulis mengetahui cara penulisan karya ilmiah yang baik
c)
Agar Penulis bisa menyusun kerangka teoritis yang baik
d)
Agar Penulis bisa merumuskan suatu masalah dengan hipotesis
BAB II
PROSES PENELITIAN
A.
Kerangka Teoretis
Definisi dari kerangka teoretis adalah
model konseptual yang berkaitan dengan bagaimana seseorang menyusun teori atau
menghubungkan secara logis beberapa faktor yang dianggap penting untuk masalah.
Secara singkat, kerangka teoritis adalah membahas saling ketergantungan
antarvariabel yang dianggap perlu untuk melengkapi situasi yang akan diteliti.
Penyusunan kerangka yang berkonsep akan membantu kita untuk menghipotesiskan
dan menguji hubungan tertentu.
Kerangka teoritis akan memberikan dasar
konseptual bagi penelitian, dan kerangka teoritis adalah mengidentifikasikan
jaringan hubungan antarvariabel yang dianggap penting bagi studi terhadap
situasi masalah apapun. Oleh karena itu, sangat penting untuk kita mengetahui
apa arti variabel dan apa saja jenis variabel yang ada (Sekaran, 2014).
1.
Variabel
a).
Pengertian Variabel
Menurut
Depdiknas (2008: 1605), variabel diartikan
sesuatu yang dapat berubah; faktor atau unsur yang ikut menentukan perubahan.
Secara teoretis Hacth dan Farhady (dalam Sugiyono, 2014: 89) menyatakan
bahwa variabel dapat difenisikan sebagai
atribut seseorang, atau objek yang mempunyai “variasi” antara satu orang dengan
yang lain atau satu objek dengan objek yang lain.
Jadi, dapat kami tarik kesimpulan bahwa
variabel adalah besaran yang bisa diubah dan selalu berubah sehingga
mempengaruhi kejadian dari hasil penelitian. Dengan menggunakan variabel ini
kita bisa menghitung data apa saja yang masih dibutuhkan.
b) Jenis Variabel
Sugiyono
(2014: 91) menyebutkan hubungan antara satu
variabel dengan variabel yang lain maka macam-macam variabel dalam penelitian
dapat dibedakan menjadi 4 macam:
1) Variabel Terikat (Dependent Variable)
Variabel terikat sering disebut sebagai
variabel output, krtiteria, konsekuen. Variabel terikat adalah variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.
2) Variabel Bebas (Independent Variable)
2) Variabel Bebas (Independent Variable)
Variabel bebas sering disebut sebagai
variabel stimulus, prediktor, antecedent.
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebuah
perubahannya atau timbulnya variabel terikat.
Gambar 1) Contoh hubungan
variabel bebas – terikat
3) Variabel Moderator (Moderating Variable)
Variabel moderator yaitu variabel yang
memperkuat atau memperlemah hubungan antara variabel bebas dengan variabel
terikat. Sebagai contoh, hubungan suami istri akan semakin kuat dengan hadirnya anak dalam pernikahan mereka
dan akan menjadi renggang jika ada pihak ketiga yang mempengaruhi hubungan
tersebut.
Gambar
2) Contoh hubungan variabel
bebas, terikat moderator
4) Variabel Antara (Intervening Variable)
Variabel
antara adalah variabel yang secara teoritis
mempengaruhi hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat msenjadi suatu
hubungan yang tidak langsung dan tidak dapat diamati dan diukur.
Contoh yang dapat kami berikan yaitu bahwa tinggi rendahnya
penghasilan akan mempengaruhi secara
tidak langsung terhadap harapan hidup (panjang pendeknya umur). Hal ini menjelaskan
adanya variabel antara, yaitu berupa gaya hidup seseorang. Antara variabel
pengahasilan dengan gaya hidup, terdapat variabel moderator, yang berupa budaya
lingkungan tempat tinggal.
Gambar 3) Contoh hubungan variabel bebas –
moderator antara – terikat
2. Kerangka Teoritis
dan Lima Ciri Dasarnya
Kerangka
teoritis adalah dasar dari
seluruh proyek penelitian didasarkan. Kerangka teoretis adalah jaringan
asosiasi yang disusun, dijelaskan, dan dielaborasi secara logis antarvariabel
yang dianggap relevan dalam sebuah situasi dan diidentifikasi melalui proses
seperti wawancara, pengamatan, dan survei literatur. Pengalaman dan intuisi
juga dapat memberikan informasi dalam penyajian sebuah kerangka teoretis.
Kerangka teoritis
menjelaskan sangkut-paut hubungan antarvariabel tersebut. Disini diuraikan
tentang hubungan variabel terikat, variabel bebas, variabel moderator serta
variabel antara. Jika terdapat variabel moderator, wajib kita jelaskan
bagaimana dan hubungan spesifik yang seperti apa yang terjadi dalam sebuah
penelitian. Sebaiknya dijelaskan juga mengapa variabel tersebut berperan
sebagai moderator. Jika ada variabel antara, perlu dijelaskan bagaimana dan
mengapa variabel tersebut dibutuhkan. Serta saling ketergantungan antara
variabel bebas dan terikat sebaiknya juga diinformasikan dengan tepat dan
dijelaskan secara benar.
Secara singkat, Sekaran (2014:129) menyatakan ada
lima hal mendasar yang perlu diperhatikan dalam sebuah penyajian kerangka
teoretis, sebagai berikut:
a) Variabel
yang dianggap pasti untuk studi kasus diidentifikasikan dan dinamai dengan jelas dalam pembahasannya.
b) Pembahasan harus menjelaskan mengapa dua variabel atau lebih
saling berkaitan satu dengan yang lain. Hal ini dilakukan untuk hubungan
penting yang diteorikan berlaku di antara variabel.
c) Bila sifat dan arah hubungan dapat diteorikan
berdasarkan temuan penelitian sebelumnya, maka harus ada indikasi dalam
pembahasan mengenai apakah hubungannya akan positif atau negatif.
d) Harus ada penjelasan yang gamblang mengenai
mengapa kita memperkirakan hubungan tersebut berlaku. Pendapat atau opini dapat
ditarik dari penelitian sebelumnya.
e) Suatu diagram skematis kerangkas teoretis
harus diberikan agar pembaca dapat melihat dan dengan mudah memahami hubungan
yang diteorikan.
B. Penyusunan Hipotesis
Setelah
kita mengidentifikasi variabel yang penting dalam sebuah situasi dan menetapkan
hubungan antarvariabel melalui pemikiran logis dalam kerangka teoretis. Disini
kita berada dalam posisi untuk menguji apakah hubungan yang diteorikan
benar-benar terbukti kebenarannya. Dengan menguji hubungan tersebut secara
ilmiah melalui analisis statistik secara tepat.
Hasil pengujian tersebut memberikan kita beberapa solusi mengenai apa
yang dapat diubah dalam situasi yang dihadapi untuk memecahkan masalah.
Merumuskan pernyataan yang dapat diuji semacam ini disebut dengan hipotesis
(Sekaran, 2014:135).
1.
Definisi Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara
terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah
dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan. Dikatakan sementara, karena jawaban
yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada
fakta-fakta empiris yang di peroleh melalui pengumpulan data (Sugiyono, 2014:
99).
Menurut Depdiknas (2008: 525),
definisi hipotesis yaitu sesuatu yang dianggap benar untuk alasan atau
pengutaraan pendapat (teori, proposisi, dan sebagainya) meskipun kebenarannya
masih harus dibuktikan; anggapan dasar.
Jadi, kesimpulan yang dapat kami sampaikan bahwa hipotesis adalah jawaban
teoretis terhadap rumusan masalah penelitian, dan belum merupakan jawaban yang
empiris. Dengan menguji hipotesis dan menegaskan pikiran hubungan, diharapkan
bahwa solusi dapat ditemukan untuk mengatasi masalah yang dihadapi.
2. Pernyataan Hipotesis Format
Pernyataan Jika – Maka (If – Then Statement)
Seperti yang sudah dijelaskan dalam buku
Research Methods For Business
(Sekaran, 2014), hipotesis adalah pernyataan
yang dapat diuji untuk mengetahui hubungan antarvariabel. Hipotesis juga dapat
menguji apakah terdapat perbedaan antara dua kelompok yang terkait dengan
variabel. Untuk menguji apakah ada hubungan atau perbedaan yang eksis atau
tidak, hipotesis dapat disusun sebagai proposisi atau dengan pernyataan jika –
maka (if – then statement).
Sebagai contoh, dapat dilihat dari kalimat
berikut:
“ Jika karyawan lebih sehat,maka mereka akan lebih jarang mengambil cuti
sakit.”
3. Hipotesis Direksional
dan Nondireksional
Sekaran
(2014) menyatakan bahwa hipotesis direksional adalah sebuah pernyataan akan
hubungan antara dua variabel atau membandingkan dua kelompok dengan istilah –
istilah yang sering digunakan seperti positif, negatif, lebih dari, kurang
dari, dan sebagainya.
Sebagai contoh hipotesis direksional dapat dilihat dari kalimat berikut:
Contoh: “ Wanita lebih
bermotivasi dibanding pria.”
Sedangkan hipotesis nondireksional adalah hipotesis yang mengendalikan
hubungan atau perbedaan, tetapi tidak memberikan indikasi mengenai arah dari
hubungan atau perbedaan tersebut. Dengan kata lain hipotesis nondireksional
tidak dapat secara signifikan mengatakan apakah hubungan tersebut akan positif
atau negatif.
Sebagai contoh hipotesis nondireksional
dapat dilihat dari kalimat berikut:
Contoh : “ Ada hubungan antara usia dan kepuasan kerja.”
4. Hipotesis Nol dan
Alternatif
Hipotesis
nol (hipotesis nihil atau null hypotheses)
adalah proposisi yang menyatakan hubungan yang definitif dan tepat di antara
dua variabel. Yaitu, hipotesis ini menyatakan bahwa korelasi populasi antara
dua variabel adalah sama dengan nol atau bahwa perbedaan dalam mean (rerata hitung) dua kelompok dalam
populasi adalah sama dengan nol (atau sama dengan angka tertentu).
Sedangkan,
hipotesis alternatif adalah kebalikan dari hipotesis nol, yaitu sebuah
pernyataan yang mengungkapkan hubungan antara dua variabel atau menunjukkan
perbedaan antara kelompok.
Hipotesis nol
dirumuskan agar dapat diuji untuk penolakan yang mungkin. Jika kita menolak
hipotesis nol, maka semua hipotesis alternatif diperbolehkan, selama hal
tersebut dapat diterima oleh penalaran (Sekaran, 2014).
Berdasarkan rumusan masalah
komperatif tersebut dapat di kemukakan
tiga model hipotesis nol dan alternatif sebagai berikut (Sugiyono,2014:105)
:
Hipotesis Nol:
a) Ho:
Tidak terdapat perbedaan produktivitas kerja antara karyawan di PT X dan PT Y;
atau terdapat persamaan produktivitas kerja antara karyawan PT X dan Y, atau
b) Ho:
Produktivitas aryawan PT X lebih besar atau sama dengan (≥) PT Y (“lebih besar atau sama dengan)” =
paling sedikit).
c) Ho:
Produktivitas karyawan PT X lebih kecil atau sama dengan (≤) PT Y (“lebih kecil
atau sama dengan”) = paling besar).
Hipotesis Alternatif:
a) Ha:
Produktivitas kerja karyawan PT X lebih besar (atau lebih kecil) dari karyawan
PT Y.
b) Produktivitas
kryawan PT X lebih kecil dari pada (<) PT Y.
c) Ha:
Produktivitas karyawan PT X lebih besar daripada (≥) PT Y.
Setelah merumuskan hipotesis nol dan
alternatif uji statistik yang tepat ( uji t, uji F ) pun kemudian dapat
diterapkan, yang akan menunjukan apakah hipotesis alternatf diterima atau tidak-yaitu,
bahwa ada perbedaan signifikan antarkelompok atau bahwa terdapat hubungan
signifikan di antara variabel, sebagaimana dinyatakan dalam dalam hipotesis.
Langkah – langkah yang harus
diikuti dalam pengujian hipotesis adalah
(Sekaran,2014:141):
a) Menyatakan
hipotesis nol dan alternatif.
b) Memilih
uji statistik yang tepat berdasarkan apakah data yang dikumpulkan adalah
parametik atau nonparametik (dibahas dalam bab selanjutnya).
c) Menentukan
tingkat signifikansi yang diinginkan (ρ = 0,05, atau lebih, atau kurang).
d) Memastikan
jika hasil dari analisis komputer menunjukan bahwa tingkat signifikansi
terpenuhi. Jika, seperti dalam kasus analisis korelasi Pearson dalam peranti
lunak Excel, tingkat signifikansi tidak muncul dalam printout, perhatikan nilai
kritis (critical value) yang menetapkan daerah penerimaan pada tabel yang
sesuai [(t,F, X²) – lihat tabel pada
akhir buku ini]. Nilai kritis tersebut membagi daerah penolakan dari daerah
penerimaan hipotesis nol.
e) Jika
nilai hitung (resultant value) lebih besar daripada nilai kritis (critical
value), hipotesis nol ditolak, dan alternatif diterima. Jika nilai hitung lebih
kecil daripada nilai kritis, hipotesis nol diterima dan alternatif ditolak.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pada
pembahasan ini kami menarik kesimpulan bahwa dalam membuat suatu karya
ilmiah, maka yang pertama dilakukan adalah membuat kerangka
teoretis kemudian menentukan variabel apa yang akan di gunakan. Ada 4 jenis variabel
yang dapat kita pilih untuk membuat karya ilmiah. Kemudian setelah itu
baru bisa kita menarik hipotesis dari hasil
penelitian tersebut.
B.
Saran
Sebaiknya jika kita akan membuat sebuah karya ilmiah
yang baik dan benar, maka proses - proses yang
sudah kami bagikan disini harus dijalankan dengan baik. Agar semua karya tulis yang kita inginkan
dapat sesuai dengan prosedur penulisan yang
baik.
Mohon maaf jika ada kekurangan dalam
penulisan ini, kami bersedia untuk diberikan saran dan kritik dari
Pembaca. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Sekaran,
Uma. 2014. Research Methods For Business (Edisi 4). Jakarta: Salemba
Empat
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods).
Jakarta: Alfabeta
Depdiknas. 2008. Kamus Bahasa Indonesia.Jakarta:Pusat
Bahasa
TERIMAH KASIH ILMUNYA
BalasHapusThanks kk
BalasHapusYg kerangkanya yg mana?
BalasHapusThank you cumuch kk 😘
BalasHapusContoh model teoritis?
BalasHapus